#KevStory : Behind The Scenes Menjadi Mahasiswa Baru di IPB (Part II)


Statistika IPB. Ya, statistika. Dengan predikat jurusan statistika terbaik se-Asia Tenggara aku makin tergila-gila untuk bisa melanjutkan pendidikan di jurusan ini. Sejak dari SD aku memang menyukai matematika. Suka, bukan pintar, jago, sampai ikut olimpiade tingkat nasional. Kok gak ngambil matematika aja ? Karena aku maunya statistika. Wkwk. Kalau menurut aku, matematika itu lebih umum yah cakupannya, kalau statistika itu kan turunannya dari matematika dan lebih terfokus. Diriku semakin yakin untuk milih jurusan ini. Aku pilih karena aku suka, bukan melihat ke sisi mau jadi apa.  Pola pikir yang agak aneh memang. Orang yang pada umumnya memikirkan jurusan agar dia bisa lebih tahu kedepannya menjadi apa, tetapi aku malah milih jurusan ini karena aku suka.

Selama penentuan pilihan jurusan, aku belum ada menceritakannya kepada orang tuaku. Aku kurang yakin untuk menceritakan pilihanku ini kepada orang tuaku. Aku kurang yakin kalau mereka akan setuju dengan pilihan yang sudah aku tetapkan. Aku lebih sering menceritakannya kepada guru matematika di SMA ku.

“Buk, kalau saya masuk jurusan statistika cocok gak buk ?”

“Buk, jurusan statistika itu belajar apa aja buk ?”

“Buk, jurusan statistika itu berat gak ?”

Bukan cuman guru matematika saja, tetapi juga senior SMA ku yang juga menjadi guru di bimbel.

“Kak, statistika itu ngapain aja ?”

“Kak, statistika itu gampang cari kerja kan ?”

Eitss, kok ada pertanyaan tentang pekerjaan ? Aku lagi berusaha mengumpulkan argumen pendukung untuk menjadi alasan yang bisa mendukung pilihan aku. Ya, aku masih takut untuk menceritakannya ke orang tuaku.

Hari demi hari terus berlalu, aku mulai memberanikan diri untuk menceritakan apa yang sudah aku tetapkan kepada orang tuaku. Dengan segenap keyakinan dan beberapa argumen pendukung yang sudah aku siapkan, akupun mencoba untuk menelfon orang tuaku akan pilihan yang aku tetapkan.

Eh, kok nelfon ? Gini nih, buat yang belum tau, jadi SMA aku tuh boarding school. Selama pendidikan dilarang membawa HP dan modem. Jadi lumayan agak sulit juga agar bisa berkomunikasi dengan orang tua yang ada di rumah. Tapi tetap bisa nelfon kok. Fasilitas nelfon ada di pembina asrama. Bayar sekitar 1000 bisa minjem HP nya buat nelfon, dengan catatan harus nelfon balik. Jadi jangan kalian kira aku bakalan pakai HP nya pembina, melainkan HP temanku. Pasti ada saja yang mencoba-coba membawa HP. Kalau minjem HP nya teman itu gak bayar.  Tapi harus tetap telfon balik.  Ok, lanjut.

“Statistika ? Kenapa gak masuk STIS aja ?”

Ya, asal menceritakan kepada orang lain bahwa diriku ingin memilih jurusan statistika pasti responnya seperti itu. Kenapa gak STIS aja ? Gini, aku nggak suka jadi PNS. Kalau dilihat dan diamati, kerjanya itu merupakan sebuah rutinitas yang dimana nantinya pegawainya akan merasa bosan akan pekerjaannya. Menjadi PNS dimataku itu merupakan pekerjaan yang membosankan. Ya, memang jelas kerjanya kalau masuk sekolah kedinasan, tetapi sayangnya aku kurang suka dengan hal seperti itu. Makanya aku nggak mau memilih sekolah kedinasan.

“Tapi yah, jurusan statistika di IPB tuh terbaik se-asia tenggara. Kalau masuk statistika itu nanti kerja di perusahaan besar. Nanti kerjanya tuh menganalisis data. Malah tamatan statistika itu fleksibel nanti kerjanya yah. Gajinya pun juga lumayan.”

Terbaik se-asia tenggara, itu menjadi senjata utama sebagai pendukung akan pilihanku. Ya, ayahku terima saja dengan pilihan yang sudah aku tetapkan. Ayahku memberikan kebebasan kepadaku untuk memilih jurusan apa saja, asalkan nantinya menjadi orang yang berguna nantinya, tidak peduli apapun jurusannya. Restu dari ayahpun sudah didapatkan. Tinggal ibu lagi yang belum dapat restunya.

Aku tidak langsung menceritakan pilihanku kepada mamaku. Aku sering sekali berdebat dengan mamaku dan sayangnya dua-duanya jarang mau ngalah. Contoh yang nggak baik nih, jangan ditiru yah. Kalian harus mentaati orang tua kalian. Ingat ridho Allah itu ada di ridho kedua orang tua kalian.
"Ridho Allah terletak pada ridho kedua orang tua dan murka Allah terletak pada murka kedua orangtua." (HR. Thabrani)
Beberapa hari kemudian, akupun mulai memberanikan diriku untuk menceritakan pilihan yang telah aku tetapkan kepada mamaku.

“Ma, rencananya mau lanjut ke IPB milih jurusannya statistika.”
.
.
.
To Be Continued

Nantikan Part III nya yah. Semoga kalian nggak bosan cerita ini. Wkwk

-Kevin Ardivan

2 comments

  1. Yaelahhh ceritanya kepotong2 wkwk. Manteep deh tapi, penulisannya udah bagus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baca part I nya kak. Terlalu panjang untuk diceritakan wkwk. Makasih dah mau baca kak. Tunggu part III nya yah kak wkwk

      Hapus

My Instagram