#KevStory : Behind The Scenes Menjadi Mahasiswa Baru di IPB (Part II)
#KevStory 9/23/2017 10:18:00 PM
Statistika IPB. Ya, statistika.
Dengan predikat jurusan statistika terbaik se-Asia Tenggara aku makin
tergila-gila untuk bisa melanjutkan pendidikan di jurusan ini. Sejak dari SD
aku memang menyukai matematika. Suka, bukan pintar, jago, sampai ikut olimpiade
tingkat nasional. Kok gak ngambil matematika aja ? Karena aku maunya
statistika. Wkwk. Kalau menurut aku, matematika itu lebih umum yah cakupannya,
kalau statistika itu kan turunannya dari matematika dan lebih terfokus. Diriku
semakin yakin untuk milih jurusan ini. Aku pilih karena aku suka, bukan melihat
ke sisi mau jadi apa. Pola pikir yang
agak aneh memang. Orang yang pada umumnya memikirkan jurusan agar dia bisa
lebih tahu kedepannya menjadi apa, tetapi aku malah milih jurusan ini karena
aku suka.
Selama penentuan pilihan jurusan,
aku belum ada menceritakannya kepada orang tuaku. Aku kurang yakin untuk
menceritakan pilihanku ini kepada orang tuaku. Aku kurang yakin kalau mereka
akan setuju dengan pilihan yang sudah aku tetapkan. Aku lebih sering
menceritakannya kepada guru matematika di SMA ku.
“Buk, kalau saya masuk jurusan statistika cocok gak buk ?”
“Buk, jurusan statistika itu belajar apa aja buk ?”
“Buk, jurusan statistika itu berat gak ?”
Bukan cuman guru matematika saja,
tetapi juga senior SMA ku yang juga menjadi guru di bimbel.
“Kak, statistika itu ngapain aja ?”
“Kak, statistika itu gampang cari kerja kan ?”
Eitss, kok ada pertanyaan tentang
pekerjaan ? Aku lagi berusaha mengumpulkan argumen pendukung untuk menjadi
alasan yang bisa mendukung pilihan aku. Ya, aku masih takut untuk
menceritakannya ke orang tuaku.
Hari demi hari terus berlalu, aku
mulai memberanikan diri untuk menceritakan apa yang sudah aku tetapkan kepada
orang tuaku. Dengan segenap keyakinan dan beberapa argumen pendukung yang sudah
aku siapkan, akupun mencoba untuk menelfon orang tuaku akan pilihan yang aku
tetapkan.
Eh, kok nelfon ? Gini nih, buat
yang belum tau, jadi SMA aku tuh boarding school. Selama pendidikan dilarang
membawa HP dan modem. Jadi lumayan agak sulit juga agar bisa berkomunikasi
dengan orang tua yang ada di rumah. Tapi tetap bisa nelfon kok. Fasilitas
nelfon ada di pembina asrama. Bayar sekitar 1000 bisa minjem HP nya buat
nelfon, dengan catatan harus nelfon balik. Jadi jangan kalian kira aku bakalan
pakai HP nya pembina, melainkan HP temanku. Pasti ada saja yang mencoba-coba
membawa HP. Kalau minjem HP nya teman itu gak bayar. Tapi harus tetap telfon balik. Ok, lanjut.
“Statistika ? Kenapa gak masuk STIS aja ?”
Ya, asal menceritakan kepada
orang lain bahwa diriku ingin memilih jurusan statistika pasti responnya
seperti itu. Kenapa gak STIS aja ? Gini, aku nggak suka jadi PNS. Kalau dilihat
dan diamati, kerjanya itu merupakan sebuah rutinitas yang dimana nantinya
pegawainya akan merasa bosan akan pekerjaannya. Menjadi PNS dimataku itu
merupakan pekerjaan yang membosankan. Ya, memang jelas kerjanya kalau masuk
sekolah kedinasan, tetapi sayangnya aku kurang suka dengan hal seperti itu.
Makanya aku nggak mau memilih sekolah kedinasan.
“Tapi yah, jurusan statistika di IPB tuh terbaik se-asia tenggara.
Kalau masuk statistika itu nanti kerja di perusahaan besar. Nanti kerjanya tuh
menganalisis data. Malah tamatan statistika itu fleksibel nanti kerjanya yah.
Gajinya pun juga lumayan.”
Terbaik se-asia tenggara, itu
menjadi senjata utama sebagai pendukung akan pilihanku. Ya, ayahku terima saja
dengan pilihan yang sudah aku tetapkan. Ayahku memberikan kebebasan kepadaku
untuk memilih jurusan apa saja, asalkan nantinya menjadi orang yang berguna
nantinya, tidak peduli apapun jurusannya. Restu dari ayahpun sudah didapatkan.
Tinggal ibu lagi yang belum dapat restunya.
Aku tidak langsung menceritakan
pilihanku kepada mamaku. Aku sering sekali berdebat dengan mamaku dan sayangnya
dua-duanya jarang mau ngalah. Contoh yang nggak baik nih, jangan ditiru yah.
Kalian harus mentaati orang tua kalian. Ingat ridho Allah itu ada di ridho
kedua orang tua kalian.
"Ridho Allah terletak pada ridho kedua orang tua dan murka Allah terletak pada murka kedua orangtua." (HR. Thabrani)
Beberapa hari kemudian, akupun
mulai memberanikan diriku untuk menceritakan pilihan yang telah aku tetapkan
kepada mamaku.
“Ma, rencananya mau lanjut ke IPB milih jurusannya statistika.”
.
.
.
To Be Continued
Nantikan Part III nya yah. Semoga
kalian nggak bosan cerita ini. Wkwk
-Kevin Ardivan
2 comments
Yaelahhh ceritanya kepotong2 wkwk. Manteep deh tapi, penulisannya udah bagus
BalasHapusBaca part I nya kak. Terlalu panjang untuk diceritakan wkwk. Makasih dah mau baca kak. Tunggu part III nya yah kak wkwk
Hapus